“Jangan mengaku Orang Jakarta kalau tidak tahu asal usul nama tempat-tempat ini”

1. Glodok
Asalnya dari kata Grojok yang merupakan sebutan dari bunyi Air yang jatuh pada Pancuran Air.
Di tempat itu dahulu kala ada semacam Waduk penampungan Air Kali Ciliwung.
Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut Grojok dengan Glodok.
Karena Orang Tionghoa sulit mengucap kata Grojok seperti layaknya Orang Pribumi.

2. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian Tanah dikuasai dan dimiliki oleh Tuan Tanah yang sangat kayaraya bernama Kwik Tang Kiam.
Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai Kampung si Kwi Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.

3. Senayan
Dulu daerah Senayan adalah milik seorang yang bernama Wangsanayan yang berasal dari Bali.
Tanah tersebut disebut Orang-orang dengan sebutan Wangsanayan yang berarti Tanah tempat tinggal atau Tanah milik Wangsanayan.
Lambat laun akhirnya Orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.

4. Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada jaman dahulu kala merupakan Hutan yang banyak Pohon dan Buah-buahan.
Karena banyak Pohon Buah Menteng maka Orang menyebut wilayah tersebut dengan nama Kampung Menteng.
Setelah Tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda Tahun 1912 sebagai lokasi perumahan Pegawai Pemerintah Hindia Belanda, maka daerah itu di sebut Menteng.

5. Jl. Jaksa
Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini menjadi pusatnya Orang Asing yang tinggal di Jakarta.
Tapi dahulu kala tempat ini banyak sekali kos-kosan yang ditempati oleh Pelajar-pelajar Indonesia yang sekolah Hukum Belanda.

6. Matraman
Dahulu kala merupakan home basenya Sultan Agung yang mau menyerang Batavia.
Karena Sultan Agung dari Mataram maka tempat tersebut di kenal dengan Mataraman dan lama-lama sebutan tersebut menjadi Matraman.

7. Karet Tengsin
Dahulu kala tempat ini adalah Perkebunan Karet milik etnis Tionghoa bernama Tieng Shin.
Karena Orang Pribumi susah menyebutnya jadi Tengsin saja.

8. Kuningan
Dulunya adalah tempat menetapnya seorang Pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Koeningan.

9. Buncit
Dahulu di jalan Buncit Raya ada seorang Pedagang kelontong etnis Tionghoa berperut gendut (buncit) yang sangat terkenal.

10. Bangka
Dahulu disana banyak ditemukan mayat (bangke/ bangkai) Orang yang dibuang ke Kali Krukut.

11. Cilandak
Konon disana pernah ditemukan se-ekor Landak raksasa.

12. Tegal Parang
Disana dulu banyak ditemukan Alang-alang Tinggi (Tegalan) yang dipotong dengan Parang (Golok).

13. Blok A/M/S
Dulunya sekitar itu tempat pembukaan perumahan baru yang ditandai dengan blok.
Mulai A-S.
Sayang yang tersisa hanya 3 blok saja.

14. Pasar Rumput
Dulunya tempat berkumpulnya Tukang Rumput yang menjual untuk kalangan Meneer Belanda yang tinggal di Kampung Elit Menteng.

15. Kalimalang
Karena Kali atau Sungai yang mengalir di sepanjang jalan tersebut tidak mengarah ke Laut (Utara), melainkan kearah Barat (silang atau malang).

16. Lebak Bulus
Dahulu kala disini jadi sentral penjual Penyu atau Kura-kura yang di jajakan di kolam-kolam.
Lebak artinya kolam.
Bulus artinya Penyu atau Kura-kura.

17. Boplo
Berlokasi di belakang Stasiun Gondangdia, Menteng.
Dahulu kala tempat ini adalah Tanah Perusahaan Kontraktor Belanda NV De Bouwploeg.

18. Kampung Ambon
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur nama Kampung Ambon sudah ada sejak Tahun 1619.
Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jendral VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.
Untuk memperkuat Angkatan Perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan Tentara.
Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.

19. Sunda Kelapa
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah Pelabuhan di Teluk Jakarta.
Nama Kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada Tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.
Dalam Buku tersebut disebutkan bahwa nama Pelabuhan itu adalah Kelapa.
Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda maka kemudian Pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

20. Pondok Gede
Sekitar Tahun 1775 lokasi ini merupakan lahan Pertanian dan Peternakan yang disebut Onderneming.
Disana terdapat sebuah Landhuis atau Rumah besar tempat tinggal sekaligus tempat mengurus Usaha Pertanian dan Peternakan milik Johannes Hoojiman.
Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut Masyarakat Pribumi menyebutnya Pondok Gede.

21. Pasar Senen
Pasar Senen pertama kali di bangun oleh Justinus Vinck.
Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck).
Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser di buka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen (disesuaikan dengan kebiasaan Orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin).
Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin Ramai, maka sejak Tahun 1766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.

22. Kebayoran
Kebayoran berasal dari kata Kebayuran yang artinya : Tempat penimbunan Kayu Bayur.
Kayu Bayur yang sangat baik untuk di jadikan Kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap Rayap.

23. Kebagusan
Nama Kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati berasal dari nama seorang Gadis jelita, Tubagus Letak Lenang.
Konon kecantikan Gadis keturunan Kesultanan Banten ini membuat banyak Pemuda ingin meminangnya.
Agar tidak mengecewakan Hati Pemuda itu ia akhirnya memilih bunuh diri.
Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama Ibu Bagus.

24. Ragunan
Berasal dari Wiraguna yaitu gelar yang disandang Tuan Tanah Pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang di perolehnya dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng Tirtayasa.

25. Paal Meriam
Asal usul nama daerah yang berada di perempatan Matraman dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar Tahun 1813.
Pada waktu itu Pasukan Altileri Neriam Inggris yang akan menyerang Batavia mengambil daerah itu untuk meletakkan Meriam yang sudah siap di tembak kan.
Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi Masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini Paal Meriam (tempat meriam dipersiapkan).

26. Cawang
Dahulu kala ketika Belanda berkuasa ada seorang Letnan Melayu yang mengabdi pada Kompeni bernama Ence Awang.
Letnan ini bersama Anak buahnya bermukim dikawasan yang tak jauh dari Jatinegara.
Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

27. Condet (Batu Ampar & Bale Kambang)
Pada jaman dahulu ada sepasang Suami Istri namanya pangeran Geger dan Nyai Polong.
Mereka memiliki beberapa Orang Anak.
Salahsatu Anaknya Perempuan diberi nama Siti Maemunah terkenal sangat cantik.
Pangeran Astawana, Anak Pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya.
Siti Maemunah meminta di bangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat Kali Ciliwung yang harus selesai dalam Satu Malam.
Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale dipinggir Kali Ciliwung.
Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga Pangeran Tenggara dibuat lah jalan yang diampari (dilapisi) batu.
Demikian menurut cerita, tempat yang di lalui jalan yang di ampari batu disebut Batu Ampar dan Bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas Air itu disebut Balekambang.

28. Depok
Dahulu tempat ini sebagai Depo Kereta Api (garasi)

29. Bintaro
Karena Perumahan Bintaro dan sekitarnya memang bayak ditumbuhi pepohonan yang bernama Bintaro dan Buahnya sering dikonsumsi Masyarakat setempat.

30. Taman Anggrek
Berawal dari keinginan Ibu Tien untuk mengambil kebun Anggrek milik Juragan Tanah Sunda bernama H. Rasman.
Dia memiliki Tanah berhektar-hektar di Cipete.
Bu Tien mengambil Bunga-bunga Anggrek tersebut dengan niat membeli (namun tidak dibayar) yang akhirnya di pindahkan ke daerah Jakarta Barat, sekarang jadi Mall Taman Anggrek.

31. Petamburan
Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi penamaan daerah ini.
Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah di daerah ini dan dimakamkan di bawah Pohon Jati.
Sehingga nama Kampung ini sebenarnya Jati Petamburan.

32. Gondangdia
Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.
– Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, Yaitu NV Gondangdia.

– Versi kedua, berasal dari nama Kakek yang terkenal dan di segani di Kampung tersebut.
Kakek tersebut sering disebut Kyai Kondang.
Karena terkenal, nama Kyai itu sering disebut-sebut dan dikaitkan dengan nama daerah tersebut.
Akhirnya nama tersebut dikenal Gondangdia (Kakek dia yang tersohor).

33. Petojo
Berasal dari nama seorang Pimpinan Orang-orang Bugis, yang pada Tahun 1663 diberi Hak Pakai kawasan tersebut bernama Aru Petuju.
Oleh Betawi Petuju diucapkan Petojo.

34. Krukut
Asal usul nama Krukut mempunyai beberapa versi.
– Versi pertama, krukut berasal dari Sindiran yang diberikan pada Orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit (Krokot).
Orang Betawi menyebut Orang-orang Arab yang banyak tinggal di Kampung tersebut dengan Krukut, merubah kata Krokot menjadi Krukut.

– Versi kedua, berasal dari bahasa Belanda Kerkhof yang berarti Kuburan.
Pada masa lalu Kampung tersebut memang merupakan tempat Kuburan Orang-orang Betawi.

35. Pinangsia
Nama jalan didekat pertokoan Glogok ini berasal dari bahasa Belanda Financien yang artinya Keuangan.
Ada juga yang mengatakan tempat ini dahulu ada Department van Financien alias Departemen Keuangan.
Oleh lidah Orang Betawi, kata Financien berubah menjadi Pinangsia.

36. Kali Angke
Kata Angke berasal dari bahasa Cina.
Ang = Darah
Ke = Sungai.
Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian Orang-orang etnis Cina oleh Belanda di Tahun 1740.
Mayat Orang-orang Cina yang bergelimpangan dihanyutkan di Kali yang ada di dekat peristiwa itu.
Sehingga Kali yang penuh dengan Mayat itu berganti nama dengan Kali Angke.
Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama Kampung Bebek, hal ini dikarenakan orang Cina yang tinggal dikawasan tersebut banyak yang berternak Bebek.

37. Pluit
Sekitar Tahun 1660 di Pantai sebelah Timur Muara Kali Angke diletakkan sebuat Fluitschip (Kapal panjang ramping) bernama Het Witte Paert yang tidak layak melaut.
Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak dipinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadic yang dilakukan oleh Pasukan bersenjata Kesultanan Banten.
Kubu tersebut dikenal dengan sebutan De Fluit.

38. Marunda
Marunda berasal dari kata merendah.
Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik Hati, menjauhi sifat sombong yang di larang Agama.

39. Tanjung Priok
Nama Tanjung Priok diambil dari nama seorang penyebar Agama Islam dari Palembang dengan sebutan Mbah Periuk yang membawa Periuk Nasi sisa perjalanan dari Palembang.